Selasa, 18 September 2007

Sang pembaharu

Negeri Arab, saat itu adalah negeri yang penuh dengan kejahiliyahan. Ketimpangan status sosial, pelecehan wanita, perjudian dan kebobrokan moral lainnya berkembang di seluruh masyarakat Arab. Siapa yang kaya dialah yang berkuasa, siapa yang kuat dialah yang memerintah, tidak ada tempat bagi mereka yang lemah dan miskin. Namun, di saat itulah Allah mengutus Nabi Muhammad untuk menjadi tauladan yang mulia bagi umat Islam dan dunia. Sungguh tidak ada nabi yang mengalami kondisi sekritis itu, selain Nabi Muhammad saw.
Sedikit demi sedikit Rasulullah membina umat, mulai dari kerabat terdekat hingga secara terang-terangan ke seluruh kaum Quraisy. Tetapi yang Beliau terima justru hinaan, cemohan, dan makian yang tiada henti. Para sahabat yang mendukung perjuangannya pun mendapatkan perlakuan yang tidak berbeda. Ancaman, fitnah, dan penyiksaan menjadi bumbu keseharian hidup Beliau. Namun semua itu Beliau hadapi dengan senyum dan do’a yang memohonkan kebaikan bagi mereka yang memusuhinya. Tidak ada sakit hati apalagi dendam yang merasuki hati Rasulullah, justru cinta dan kasih sayang Beliau menjadi semakin besar dan tak terbatas.
Peristiwa Thaif dan perang Uhud menjadi saksi bagaimana cinta Rasulullah yang sangat besar kepada umatnya, tawaran Jibril untuk mengazab kaum Thaif dengan himpitan gunung ketika seluruh tubuh Rasulullah dan para sahabat berdarah akibat dilempari batu oleh kaum Thaif hanya dibalas senyum dan do,a, “Ya Allah berilah kaumku hidayah, sebab mereka belum tahu.”Do’a ini pula yang Beliau ucapkan untuk pasukan panah yang diperintahkan untuk menjaga bukit pada perang uhud. Kemenangan yang sudah di depan mata berubah jadi kekalahan yang menyakitkan dan patahnya gigi Rasulullah terkena panah musuh, hanya karena pasukan pemanah terjangkit cinta dunia hingga meninggalkan bukit dan porak-poranda berebut harta rampasan perang.
Itulah sedikit gambaran dari seorang pembaharu sejati, Nabi Muhammad SAW, seorang pria buta huruf yang mampu merubah negeri Arab dan dunia hanya dalam waktu 23 tahun masa kenabiannya. Negeri Arab yang dilanda masa kejahiliyahan diperbaharui dengan sentuhan akhlak yang mulia hingga seluruh adat dan perilaku mereka yang sesat tersebut terhapus sama sekali. Bahkan Rasulullah berhasil memperbaharui kedudukan kaum wanita, yang semula saat itu sangat rendah di kalangan masyarakat Arab dan selalu dianggap hina hingga disamakan dengan barang dagangan. Sebelum kedatangan Islam, tidak ada yang memuliakan kedudukan wanita seperti yang dilakukan oleh Rasulullah. Hanya Islam yang memberikan kedudukan istimewa kepada kaum wanita dengan memberikan hak yang sama sebagaimana kaum pria, “ para wanita mempunyai hak-hak tertentu atas lelaki sebagaimana lelaki mempunyai hak-hak tertentu atas wanita”. Bahkan Allah pun mengankat derajat wanita dengan memerintahkan para wanita menutup aurat mereka, tidak lain adalah agar mereka tidak dilecehkan dan tidak mengundang nafsu bagi laki-laki yang melihat mereka. Sungguh, Rasulullah adalah seorang pembaharu yang mampu mengubah kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan yang penuh dengan rahmat.
Tetapi apa yang saat ini terjadi justru banyak dari kita yang merusak perjuangan dan jerih payah Rasulullah dengan kembali pada kehidupan jahiliyah itu. Sungguh yang terjadi saat ini adalah kemerosotan moral yang teramat jauh dari masa Rasulullah dahulu. Di mana umat yang terbaik dahulu telah menorehkan tinta emas sejarah tentang bagaimana indah dan mulianya ajaran Islam. Tetapi kini kita justru mencoreng sendiri kemuliaan Islam itu dengan segala tingkah laku kita yang tak lagi bercermin pada tauladan Rasululah dan perintah Al-Qu’an. Jadi siapakah yang harus disaahkan sekarang ini, apakah ajaran Islam yang telah terbukti kemuliaannya ataukah kita, manusia yang bodoh dan hina ini?

Wallahu A’lam Bishowwab

Tidak ada komentar: